WESEL PADA KERETA API
Pada jalan rel perpindahan jalur dilakukan melalui peralatan khusus yang dikenal dengan nama wesel. Apabila dua jalan rel yang terletak pada satu bidang saling memotong maka pada tempat perpotongan tersebut diperlukan adanya persilangan. Dengan adanya wesel dan persilangan di emplasemen memungkinkan dan memudahkan penataan rangkaian kereta api. Pada persilangan sebidang antara jalan rel dan jalan raya perlu adanya perencanaan persilangan yang aman..
Ada tiga alasan kenapa kereta api harus berpindah sepur :
a. Karena kereta api menuju arah yang berbeda dengan sepur lurus dimana kereta api sekarang bergerak.
b. Karena ada kereta api pada sepur lurus sehingga kereta api yang baru datang harus ditampung pada sepur lain.
c. Karena kereta api akan berhenti untuk naik dan turun penumpang di stasiun dan tidak pada spur lurus.
Gambar 5.1 : Wesel Keluar
Jika dilihat pada foto di atas maka fungi wesel sendiri bisa sebagai menggabungkan rel yang banyak menjadi satu tujuan, (arah ini biasa disebut wesel keluar).
Gambar 5.2 : Wesel Masuk
Dapat juga kebalikannya yaitu dari rel yang satu jalur menjadi bercabang banyak (arah ini biasa disebut wesel masuk).
5.1 Jenis Wesel
Terdapat empat jenis wesel, yaitu :
5.1.1 Wesel Biasa
5.1.2 Wesel Dalam Lengkung
5.1.3 Wesel Tiga Jalan
5.1.4 Wesel Inggris
5.1.1 Wesel Biasa
Wesel biasa terdiri atas sepur lurus dan sepur belok yang membentuk sudut terhadap sepur lurus. Menurut arah belok sepur beloknya terdapat dua jenis wesel biasa, yaitu :
1. Wesel Biasa Kiri
2. Wesel Biasa Kanan
5.1.2 Wesel Dalam Lengkung
Wesel dalam lengkung pada dasarnya ialah seperti wesel biasa, tetapi “sepur lurus”nya berbentuk lengkung (disebut sebagai sepur lengkung), sehingga dapat membentuk sebuah wesel dalam lengkung atau sepur lengkung dan sepur belok yang membentuk sudut terhadap sepur lengkung. Berdasarkan pada arah sepur beloknya, terdapat tiga jenis wesel dalam lengkung, yaitu :
5.1.2.1 Wesel Searah Lengkung
5.1.2.2 Wesel Berlawanan Arah Lengkung
5.1.2.3 Wesel Simetris
5.1.3 Wesel Tiga jalan
Wesel tiga jalan terdiri atas tiga sepur. Berdasarkan atas arah dan letak sepurnya terdapat empat jenis wesel tiga jalan, yaitu :
a. Wesel Tiga Jalan searah
b. Wesel Tiga Jalan Berlawanan Arah
c. Wesel Tiga Jalan Searah Tergeser
d. Wesel Tiga Jalan Berlawanan Arah Tergeser
5.2 Komponen Wesel
Agar wesel dapat berfungsi seperti yang seharusnya, wesel terdiri atas komponen-komponen wesel sebagai berikut :
5.2.1 Lidah
5.2.2 Jarum Beserta Sayap
5.2.3 Rel Lantak
5.2.4 Rel Paksa
5.2.5 Penggerak Wesel
Masing-masing komponen wesel dijelaskan pada uraian berikut :
5.2.1 Lidah
Wesel mempunyai komponen yang dapat bergerak yang disebut dengan lidah. Lidah mempunyai bagian pangkal disebut Akar Lidah. Terdapat dua jenis lidah, yaitu:
a. Lidah berputar. Pada jenis ini lidah mempunyai engsel di akar lidahnya.
b. Lidah berpegas. Pada jenis ini akar lidah dijepit sehingga dapat melentur.
Lidah berputar dibuat dari rel tudung, termasuk konstruksi lama tetapi sekarang sudah tidak dibuat lagi. Konstruksi baru sekarang memakai lidah berpegas. Kalau pada konstruksi lama lidahnya berputar terhadap sebuah pusat berupa sebuah baut pada akar lidahnya, lidah berpegas dijepit kuat-kuat pada akarnya. Supaya tidak terlalu kaku, kaki rel lidah berpegas di muka akar dihilangkan. Rel lidah bergesr di atas pelat-pelat geser. Jadi, jelas bahwa rel lidah itu hanya dijepit pada akarnya dan tidak ditambat pada pelat gesernya dan mudah bergerak ke arah horizontal. Untuk menghindari bergeraknya rel itu jika diinjak kereta api, dipasang besi-besi penahan diantara rel lidah dan rel lantak. besi-besi penahan itu juga menjaga supaya rel lidah dalam keadaan terbuka jangan merapat pada rel lantak, sehingga masih tetap ada alur cukup lebar untuk berjalannya flens roda.
Rel lidah baru menahan tekanan roda jika lebarnya sudah 20 sampai 30 milimeter. Bagian pertama dari ujungnya belum kuat menahan beban (karena belum cukup lebar) dan hanya bertugas sebagai pengantar. Bentuknya dibuat sedemikian rupa, sehingga di mana saja terdapat pembulatan sesuai dengan bentuk flens roda. Selanjutnya, untuk menjaga jangan sampai ada renggang antara ujung lidah dan rel lantak dalam keadaan lidah tetutup, yang dapat menyebabkan keluarnya roda dari rel, ujung lidah diberi alat penjamin berupa sebuah cakar. Kedua rel lidah pada ujungnya dihubungkan sesamanya dengan sebatang besi. Pada batang penghubung itu, dengan perantara sebuah baut di tengah-tengah batangnya, digandengkan batang wesel, yang menghubungkan kedua rel lidah dengan pembalik weselnya.
Baik pada lidah berputar maupun lidah berpegas, ujung lidah dapat dgeser untuk menempel dan menekan pada rel lantak sehingga dapat mengarahkan jalannya kereta api, yaitu dari rel lurus ke rel lurus atau dari rel lurus ke rel bengkok atau dari rel bengkok ke rel lurus. Ujung lidah membentuk sudut yang kecil terhadap rel lantak, disebut Sudut Tumpu (ß). Sudut tumpu dinyatakan dengan tangen, yaitu tangen ß = 1 : m, dengan m antara 25 sampai 100. Lidah A biasanya sebagian lurus selanjutnya bengkok, sedangkan lidah B lurus, kedua lidah ini dihubungkan sesamanya dengan sebatang besi.
5.2.2 Jarum dan Sayap
Untuk memberikan kemungkinan flens roda kereta api berjalan melalui perpotongan rel-dalam wesel dipasang jarum beserta sayapnya. Jarum disini sebaiknya terbuat dari besi tuang. Akan tetapi, bisa juga dibuat dari rel biasa yang dilas agar didapat biaya yang lebih murah. Rel sayap terletak disabelah jarum, yang berfungsi untuk membantu jarum mendukung roda dan mengarahkan flens roda pada posisi yang tepat sehingga kereta api tetap aman bergerak pada arah yang benar. Konstruksi selengkapnya ialah satu buah jarum dan dua buah sayap (seperti gambar di bawah ini). Sudut lancip jarum (a) yang besarnya sama dengan sudut yang dibentuk oleh sepur lurus dan sepur belok disebut Sudut Simpang Arah. Sambungan antara jarum dengan kedua rel dalam atau sisi belakang jarum disebut Akhir Wesel.
Agar supaya flens roda dapat lewat maka rel di depan ujung jarum harus terputus. Kemungkinan turunnya roda ke arah bawah pada saat roda berada di atas terputusnya rel tersebut di cegah oleh sayap. Dengan adanya sayap ini maka roda saat berada di atas celah tempat terputusnya rel disangga oleh, baru apabilalebar jarum sudah 30 mm roda akan disangga oleh jarum.
Kemungkinan tertabraknya ujung jarum oleh flens roda kereta api diatasi dengan :
a. Ujung jarum dibuat lebih rendah 8 mm dibandingkan dengan permukaan rel.
b. Menetapkan jarak antara rel paksa dengan jarum.
Jenis-jenis jarum :
a. Jarum kaku dibaut (boited rigid frogs)
Terbuat dari potongan-potongan rel yang dibaut.
b. Jarum rel pegas (spring rail frogs)
c. Jarum baja mangan cor (cast manganese steel frogs)
Dipakai untuk lintas dengan tonase beban yang berat atau lintas yang frekuensi keretanya tinggi.
d. jarum keras terpusat (hard centered frogs)
5.2.3 Rel lantak
Rel lantak adalah rel induk yang tetap, yang berfungsi sabagai sandaran lidah. Agar supaya wesel dapat mengarahkan kereta api pada jalan rel yang dikehendaki maka lidah harus menempel dan menekan rel lantak. Kira-kira 100 cm di depan ujung lidah, rel-rel lantak disambung dengan penyambung sebagai Awal Wesel. Apabila lidah wesel yang satu menyambung maka yang lain memperlihatkan suatu lubang sebagai tempat lewatnya flens roda.
5.2.4 Rel paksa
Rel paksa dipasang berhadapan/berseberangan dengan jarum (dan sayapnya). Pada saat roda berada di ujung jarum, di atas terputusnya rel, kemungkinan keluarnya roda ke arah mendatar dicegah dengan rel paksa. Dengan demikian nama “rel paksa” lebih mengarah pada kemampuan rel dimaksud untuk memaksa roda kereta api tidak ke arah mendatar. Karena kegunaan rel paksa yang seperti tersebut di atas maka letak rel paksa ialah berhadapan dengan ujung jarum tempat terputusnya rel berada. Selain itu fungsi rel paksa ini untuk melindungi rel jarum.
5.2.5 Penggerak wesel
Gerakan menggeser lidah dilakukan dengan menggunakan batang penarik. Kedua lidah bergerak di atas Pelat Gelincir atau Balok Gelincir yang dipasang secara kuat di atas bantalan-bantalan wesel.
Membalik / menggeser / memindahkan posisi wesel pada umumnya dapat dilakukan dengan tiga cara :
5.2.5.1 Pertama
Cara manual dengan menggunakan tenaga manusia dan dioperasikan setempat. Wesel yang dioperasikan secara manual, pada batang pembalik diberi pemberat sekitar 45 kg yang berbentuk seperti pentolan. Maksud pemberat adalah untuk menekan batang pemindah wesel, agar lidah wesel menempel pada rel utama dan tidak tergantung kearah mana wesel diposisikan. Sehingga pada saat kereta api melewatinya, lidah wesel tersebut tidak dapat bergerak.
Selain itu sinyal penunjuk wesel (berbentuk eblek berwarna putih seperti bendera) yang terdapat pada ujung atas tiang pemindah wesel, berfungsi untuk membantu sang masinis agar dapat melihat dan mengetahui ke arah mana kereta api akan berbelok. Sehingga dapat mengatur kecepatan dan proses pengeremannya.Masih cara memindahkan posisi wesel dengan cara manual, pada foto wesel disamping kanan menunjukkan bagaimana posisi batang pentolan yang sedang dalam keadaan tertidur. Sementara posisi batang pentolan yang sedang berdiri & membentuk sudut kemiringan sekitar 45 derajat, menunjukkan bahwa pentolan dengan berat sekitar 45 kg tersebut telah menjalankan fungsi pemberatnya dengan baik untuk mengunci posisi lidah wesel agar tidak bergeser pada saat kereta api lewat.
Keuntungan:
* Posisi lidah wesel dapat langsung dilihat secara kasat mata dari dekat.
Kerugian:
* Lebih memakan waktu, karena harus ada orang yang datang untuk memindahkannya.
5.2.5.2 Kedua
Dengan menggunakan kawat dan dioperasikan dari jarak jauh. Model seperti ini tentunya akan lebih menghemat waktu dibandingkan dengan cara pertama. Karena dapat dikendalikan secara terpusat dari dalam rumah sinyal ataupun stasiun. Beberapa stasiun di pulau Jawa masih banyak yang menggunakan model kawat sampai sekarang, walaupun kelak suatu saat akan habis tergantikan oleh sistem elektrifikasi.
Sinyal penunjuk wesel (seperti eblek, berbentuk belah ketupat warna putih & lingkaran warna hijau, menempel saling berlawanan) yang berada persis disamping lidah wesel juga berfungsi bagi masinis untuk mengetahui kemana arah kereta. Jika dari arah datangnya kereta api masinis yang dari kejauhan melihat posisinya berwarna putih, maka dapat dipastikan KA akan memasuki spur lurus. Sedangkan jika dari posisi yang sama namun masinis melihat ebleknya berwarna hijau, maka KA pasti akan memasuki spur belok (bisa kiri ataupun kanan) dan masinis harus mengurangi kecepatannya.
Tuas merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan wesel yang ada di sekitar emplasemen stasiun dan / atau wesel yang lokasinya agak jauh dari stasiun dengan melalui perantaranya yaitu kawat. Tidak hanya itu, kawat ini juga berperan penting dalam menggerakkan sinyal mekanik yang menunjukkan aman atau tidaknya rel yang akan dilintasi kereta api. Pemindahan posisi tuas ini juga harus sejalan antara wesel dengan sinyal masuk / keluar stasiun. Sehingga kereta api yang lewat akan berjalan sesuai dengan aturan yang ada.
Keuntungan:
* pemindahan wesel dapat dilakukan dari satu tempat yaitu stasiun.
* tuas yang ada bisa dijadikan alat fitness bagi petugas yang menggerakkan wesel.
Kerugian:
* rawan disabotase, bisa karena iseng atau karena mengandung komponen logam yang berharga jual tinggi.
5.2.5.3 Ketiga
Menggunakan motor listrik dan dioperasikan dari jarak jauh dengan memanfaatkan hubungan arus listrik. Alat ini dapat dikendalikan dari stasiun melalui meja layan setempat atau dikendalikan secara terpusat melalui meja layan terpusat. Ciri khas dari alat pemindah wesel model elektrik adalah, terdapat kotak (biasanya berwarna kuning) yang berada pada bagian samping lidah wesel dan ada semacam batang pipa besi yang berfungsi sebagai penghubung antara alat tersebut dengan lidah wesel. Dengan menggunakan sistem elektrik ini tentunya akan lebih menghemat tenaga dan waktu dalam membalik wesel.
Pada mekanisme pembalikan wesel baik dengan menggunakan kawat atau motor listrik, sebagai pengganti pemberat perlu ada pengaman sehingga wesel tetap dalam posisi sempurna walaupun kawat penarik tersebut putus. Jika suatu saat terjadi hal-hal yang tidak diharapkan dalam rangka proses pembalikan wesel model elektrik yang mengakibatkan pergerakan wesel menjadi berjalan tidak sempurna, misalnya karena motor listrik terendam banjir atau yang lainnya (biasanya sering disebut dengan istilah Gangguan Wesel). Maka petugas setempat harus siap turun tangan langsung ke lokasi dimana wesel yang bermasalah tersebut berada. Hal ini tentunya akan banyak menyita waktu, karena motor listrik yang terdapat dalam kotak pemindah wesel harus diputar secara manual dengan menggunakan engkol. Tidak sampai disitu saja, engkol yang sudah dimasukkan ke dalam celah kotak wesel harus diputar sebanyak 30 kali putaran atau lebih. Cukup pegal memang untuk tangan kita, walaupun beban putarannya tidak terlalu berat. Disinilah dapat dipastikan bahwa perjalanan kereta api yang akan melewati lintas ini akan terganggu, yaitu mengakibatkan molornya waktu perjalanan kereta api.
5.3 Konstruksi Wesel
Panjang wesel dihitung dari Awal Wesel hingga Akhir Wesel. Awal wesel yaitu dimulai dari sambungan rel lantak, 1 meter dari. Sedangkan, akhir wesel terletak pada sambungan rel sesudah rel jarum. Panjang wesel sebaiknya merupakan kelipatan dari panjang rel (termasuk celah sambungan rel), sehingga akan memudahkan pemasangan wesel ke dalam sepur yang telah ada tanpa harus melakukan pemotongan rel pada sepur yang telah ada.
Untuk mempermudah konstruksinya, rel pada wesel dipasang tegak dan tanpa peninggian rel lengkung. Di samping itu juga, karena kereta api yang melewati wesel berjalan lambat (± 30 km/jam). Peninggian rel lengkung kemungkinan digunakan hanya pada wesel kecepatan tinggi. Kedudukan wesel harus dikunci dan tidak boleh berubah atau berbalik pada saat dilalui kereta api karena hal itu akan menyebabkan kereta api keluar dari relnya (derailment).
Untuk memperlancar pergeseran dari wesel. Bagian-bagian yang bergeser dari wesel itu haruslah selalu diminyaki atau diberi oli. Karena mudahnya wesel untuk digeser, haruslah selalu diawasi pergeseran tersebut. Pergeseran masih dapat terjadi, walaupun roda-roda kereta api masih terdapat di atas lidah wesel.
Perputaran wesel menggunakan engsel atau pegas. Kedua lidah wesel dihubungkan satu sama lain dengan batang besi. Batang besi itulah yang dihubungkan dengan pembalik wesel yang digunakan untuk membalik wesel. Agar kepala stasiun dan masinis kereta api dapat mengetahui apakah wesel menuju track lurus ataukah track belok maka pada pembalik wesel diberi sebuah “tebeng/tunggul”. Apabila tunggul itu sejajar dengan jalan kereta utama, wesel mengarah ke jalan kereta utama.
Rel lidah dapat dibuat dari rel biasa atau rel yang diperberat atau rel tudung. Salah satu dari rel lidah harus selalu rapat pada rel lantak. Lidah lainnya harus terbuka, berjarak tidak kurang dari 100 mm dari rel lantak.
5.4 Bantalan pada Wesel
Pada sepur lurus hingga jarum, bantalan dipasang tegak lurus sepur, sesudah jarum bantalan dipasang tegak lurus garis bagi sudut simpang arah, pemasangan bantalan tegak lurus garis bagi sudut simpang arah ini hanya sampai pada batas dimulainya pemasangan bantalan biasa. Jarak bantalan tidak boleh lebih besar dibandingkan jarak bantalan biasa. Panjang bantalan wesel ialah sedemikian sehingga paling sedikit hingga 50 cm di luar rel. Pada bagian-bagian penting yaitu ujung lidah, jarum dan sayapnya, bantalan harus baik dan kokoh kedudukannya.
Bantalan untuk wesel dapat dari jenis bantalan kayu atau bantalan baja. Apabila digunakan bantalan baja, lubang-lubang untuk pemasangan penambat rel dibuat di pabrik atau di tempat pembuatannya. Sebelum dikirim ke tempat pemasangan, biasanya seluruh wesel lengkap sudah dirakit di pabrik/tempat pembuatan., sehingga pemasangan di lapangan menjadi cepat dan praktis.. sedangkan untuk bantalan kayu, perakitan wesel (termasuk pembuatan lubang untuk pemasangan penambatan rel dan pemasangan penambat relnya) dilakukan setelah semua rel pada wesel terpasang lengkap, sehingga waktu perakitan di lapangan menjadi lebih panjang.
5.5 Wesel Kecepatan Tinggi
Kecepatan maksimum untuk melewati sebuah wesel sama dengan kecepatan maksimum pada adjoining section. Pengurangan kecepatan diperlukan pada wesel karena kelengkungan dan dorongan ke samping luar (sentrifugal).
Percepatan lateral tidak boleh terlalu besar karena alasan kenyamanan dan gesekan yang mempercepat keausan rel dan roda. Biasanya, 0,6 m/dt2 diambil sebagai harga batas pada wesel. Sebuah perbaikan dicapai dengan menggunakan jari-jari lengkung yang lebih besar, yang juga akan memperkecil sudut belok.
5.6 Rel dan Geometrik pada Wesel
Agar supaya konstruksi wesel tidak sulit, maka rel pada wesel tidak diletakkan secara miring tetapi vertikal. Pada lengkung wesel juga tidak diberi peninggian rel, hal ini dengan pertimbangan bahwa selain agar konstruksi weselnya tidak sulit juga karena kecepatan kereta api yang melewati wesel relatif tidak besar.
Perlebaran sepur pada lengkung jalan rel tetap diperlukan pada lengkung wesel sesuai dengan ketentuan yang digunakan. Perlebaran sepur dan lengkung dibuat sebagai berikut :
1. Perlebaran sepur pada lengkung wesel dimulai dari kira-kira 250 mm di depan ujung lidah (agar tidak timbul kejutan arah horizontal sewaktu kereta api berjalan ke arah sepur bengkok).
2. Di ujung lidah perlebaran dibuat 5 – 10 mm.
3. Di dalam lengkung dapat digunakan perlebaran sepur maksimum.
4. Lengkung wesel dimulai dari kira-kira 500 mm di belakang akar lidah (agar supaya akar lidah tidak menerima tekanan horizontal akibat pergantian arah dari lurus menuju ke sepur belok).
5. Sekitar 1500 – 2500 mm di depan ujung jarum merupakan bagian yang lurus. Hal ini untuk menjaga agar supaya roda kereta api sewaktu melintasi jarum sudah berjalan lurus.
6. Jari-jari lengkung wesel biasanya dibuat antara 150 hingga 230 meter.
5.7 Kecepatan Izin dan Sudut Simpang Arah
Kecepatan yang diizinkan saat kereta api melewati wesel tergantung pada sudut simpang arah weselnya. Untuk memudahkan dalam komunikasi teknik digunakan istilah Nomor Wesel. Tangen sudut simpang arah (a), nomor wesel dan kecepatan izin dapat dilihat pada tabel berikut ini.
tg a : 1 : 8 1 : 10 1 : 12 1 : 14 1 : 16 1 : 18
Nomor wesel : W 8 W 10 W 12 W 14 W 16 W 18
Kecepatan izin (km/jam) : 25 35 45 50 60 70
5.8 Perancangan Wesel
Perancangan wesel pada suatu tempat yang memerlukannya meliputi hal-hal berikut :
5.8.1 Kecepatan kereta, sudut tumpu (ß) dan sudut simpang arah (a)
5.8.2 Panjang jarum
5.8.3 Panjang lidah
5.8.4 Jari-jari lengkung
5.8.1 Kecepatan Kereta
Tabel Hubungan antara Kecepatan Maksimum dan Jari-Jari Lengkung
R’ (m) 150 200 250 300 400 500 600 800 1000 1200 1300 1800 2000 2500
Vt (km/jam) 20 40 45 50 55 65 70 80 90 100 105 115 125 140
5.8.2 Panjang jarum
Panjang jarum pada wesel tergantung pada lebar kepal rel, lebar kaki rel, besarnya celah antara jarum dan rel dan sudut simpang arah
5.8.3 Panjang Lidah
Penentuan panjang lidah tergantung pada jenis lidah. Telah diuraikan di depan bahwa pada wesel terdapat jenis lidah, yaitu lidah berputar dan lidah berpegas. Pada lidah berputar, panjang lidah tergantung pada besarnya sudut tumpu, lebar kepala rel dan jarak antara akar lidah dan rel lantak.
5.8.4 Jari-jari lengkung
Terdapat dua jari-jari pada lengkung wesel, yaitu jari-jari lengkung luar dan jari-jari lengkung dalam. Besarnya jari-jari lengkung luar dipengaruhi oleh lebar sepur, sudut tumpu, sudut simpang arah, panjang lidah dan panjang jarum.
3. Persilangan
Apabila dua jalan rel dari dua arah yang terletak pada satu bidang saling berpotongan, di tempat perpotongan tersebut harus dibuat suatu konstruksi yang memungkinkan roda (dan flensnya) dapat lewat ke kedua arah dimaksud, konstruksi dimaksud disebut dengan Persilangan. Berdasarkan atas sudut perpotongannya, terdapat dua jenis persilangan, yaitu :
1. Persilangan siku-siku, yaitu apabila sudut perpotongannya 90°.
2. Persilangan miring, yaitu apabila sudut perpotongannya kurang dari 90°.
Persilangan miring dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Persilangan tajam, yaitu apabila sudut perpotongannya kurang dari 40°.
2. Persilangan tumpul, yaitu apabila sudut perpotongannya lebih dari 40°. Pembagian persilangan tersebut di atas berhubungan dengan konstruksinya seperti yang diuraikan berikut.
3.1 Persilangan Tajam
Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk persilangan tajam. Pada persilangan tajam terdapat dua jarum dan dua jantung. Jantung terdiri atas :
1. Satu pusat jantung
2. Dua ujung jantung
3. Satu rel paksa
3.2 Persilangan Antara Jalan Rel dengan Jalan Raya
Persilangan antara jalan rel dan jalan raya dikenal pula dengan istilah perlintasan. Uraian yang akan disampaikan pada sub-bab ini ialah yang berkaitan dengan persilangan sebidang antara jalan rel dan jalan raya. Terdapat dua kelompok jenis persilangan dengan jalan raya, yaitu:
3.2.1 Persilangan/Perlintasan dengan Palang
Pada persilangan dengan palang, palangnya dapat berupa penutup sorong. Penutup sorong digerakkan sejajar dengan sumbu jalan rel yang terdiri atas pagar dengan roda-roda kecil. Penutup jungkit terdiri atas batang yang salah satu ujungnya dapat berputar pada suatu sumbu horizontal.
3.2.2 Persilangan Tanpa Palang
Pada persilangan ini harus tersedia daerah pandangan bebas yang memadai baik bagi pengemudi di jalan raya maupun masinis kereta api. Perancangan jarak pandangan bebasnya berdasar pada dua kasus, yaitu :
Kasus I : Pengemudi kendaraan jalan raya dapat melihat kereta api yang mendekat dan kendaraan dapat melintasi persilangan sebelum kereta api tiba di persilangan.
Kasus II : Pengemudi di jalan raya dapat melihat kereta api yang mendekat dan kendaraan dapat dihentikan sebelum memasuki daerah persilangan.
2 comments:
Sama sama mas
Artikelnya keren
Post a Comment