Thursday, April 25, 2019

Bendungan Waduk Konstruksi Bangunan Air



Bendungan ataupun dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Sering bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air.

Sebuah konstruksi bendungan bisa dibuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan bronjong ataupun beton. Sebuah bendungan konstruksinya dibuat melintang pada sungai dan fungsi utamanya ialah untuk membendung aliran sungai dan menaikkan tingkat permukaan air di bagian hulu.

https://civildoqument.blogspot.com/2019/04/bendungan-waduk-konstruksi-bangunan-air.html
                                                              sumber : testindo.com

Syarat-syarat konstruksi bendung harus memenuhi beberapa faktor, yaitu
         Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir;
         Pembuatan bendung harus memperhitungkan kekuatan daya dukung tanah di bawahnya;
         Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan karena aliran air sungai dan aliran air yang meresap ke dalam tanah;
         Tinggi ambang bendung harus bisa memenuhi tinggi muka air minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi yang ada
         Bentuk peluapan harus diperhitungkan, sehingga air yang membawa pasir, kerikil dan batu-batu dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan kerusakan pada tubuh bendung.

Pemilihan lokasi membangun bendung harus didasarkan atas beberapa faktor, yaitu
         Keadaan Topografi
         Dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat dirairi, sehingga harus dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diairi;
         Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi mercu bendung bisa ditetapkan;
         Dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat diseleksi.
         Keadaan Hidrologi

Dalam pembangunan bendung, yang patut diperhitungkan juga adalah faktor–faktor hidrologinya, sebab menentukan lebar dan panjang bendung serta tinggi bendung tergantung pada debit rencana. Faktor – faktor yang perlu diperhitungkan, ialah permasalahan banjir rencana, perhitungan debit rencana, curah hujan efektif, distribusi curah hujan, unit hidrograf, dan banjir di site atau bendung.
         Kondisi Topografi
Dilihat dari lokasi, bendung harus memperhatikan beberapa kondisi, yaitu
         Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi.
         Trase saluran induk terletak di tempat yang baik.
         Kondisi Hidraulik dan Morfologi
         Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit banjir;
         Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir;
         Tinggi muka air pada debit banjir rencana;
         Potensi dan distribusi angkutan sedimen.
         Kondisi Tanah Pondasi

Bendungan harus ditempatkan di lokasi yang memiliki tanah pondasinya cukup baik sehingga bangunan akan stabil. Hal lain yang harus dipertimbangkan pula yaitu potensi gempa dan potensi gerusan karena arus air dan lainnya.
         Biaya Pelaksanaan

Biaya pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu faktor penentu pemilihan lokasi pembangunan bendung. Dari beberapa alternatif lokasi ditinjau pula dari segi biaya yang paling murah dan pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.

Berikut ini adalah metode pembuatan bendung :
1.         Pembuatan bendungan dimulai dari pembuatan diversion channel (saluran pengalihan) yang dibangun di bagian kanan sungai
2.         Pekerjaan dimulai dengan dengan mengerjakan diversion work dengan menggali tanah dan pembuatan tanggul untuk mengalihkan aliran sungai. Setelah sungai dialihkan lokasi bendung dapat dikeringkan melalui proses dewatering.
3.         Selanjutnya pekerjaan bendung dilanjutkan dengan pekerjaan galian tanah dengan excavator dan hasil galian diangkut dengan dump truck untuk dibuang ke disposal area atau disimpan sebagai stock untuk material timbunan sesuai dengan jenis dan spesifikasi tanah.
4.         Bila galian menemukan lapisan tanah keras, maka lakukan pekerjaan galian batu
5.         Pilih metode drilling and blasting, yaitu pada permukaan batuan dibuat pola blasting. Lalu dibuat lubang dengan rock drill (cradler rock driller) atau channel drilling
lalu diisi sejumlah bahan peledak (dynamit) dan detonator sebagai pemicunya
6.         Setelah peledakan, hasil galian dikumpulkan dengan backhoe dan diangkut dump truck ke disposal area.
7.         Galian batuan dengan blasting (peledakan) biasanya itu tidak mudah untuk membentuk dasar galian yang rapi sesuai rock line excavation yang ada dalam shop drawing
8.         Pekerjaan kemudian digunakan giant breaker yang dipasangkan pada backhoe untuk membentuk dan merapikan galian batuan
9.         Sebelum pekerjaan beton fondasi bendung dimulai, pekerjaan yang harus dilakukan adalah finising permukaan batuan dengan membersihkan semua loose material dan menutup permukaan dengan splash grouting.
10.       Splash grouting adalah campuran semen pasir dan air yang disiramkan ke permukaan batuan
 Tahap selanjutnya adalah pekerjaan beton (concrete) untuk fondasi, tubuh bendung, kolam olakan (stilling basin) dan piers serta column
11.       Di permukaan bendung yang terjadi pergesekan dengan air sungai dimana diasumsikan terdapat batuan lepas, ranting dan pohon, oleh karena itu perlu dilapisi dengan steel fibre concrete
12.       Pada bendung gerak dibuat bangunan hoist room yaitu tempat mesin penggerak pintu, dipasang berupa katrol (hoist) elektrik berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan pintu
14.       Setelah bagian utama terlaksana, diikuti bangunan lantai apron dan lantai stilling basin yang diikuti pekerjaan backfill dengan material terseleksi (selected embankment)
15.       Jembatan pelayanan dibuat terpisah di fabrikasi karena menggunakan precast prestressed concrete, yang dilaunching dengan metode launching trus
16.       Pekerjaan sipil utama yang paling berat adalah pembuatan pier dan hoist deck, karena perlu ketelitian dan akurasi yang tinggi agar interfacing dengan pekerjaan pintu (hydro mechanical) tidak banyak menemui kesulitan
17.       Dalam penentuan penggunaan perancah bekisting di lantai hoist room perlu penanganan khusus karena pada ketinggian 28 m, harus melakukan pekerjaan beton dengan beban ratusan ton dan lendutan yang cukup besar
18.       Pelaksanaan bendungan gerak dan bendungan tetap merupakan lintasan kritis . Sedangkan pekerjaan apron, stilling basin dan fishway  merupakan pekerjaan yang tidak kritis tetapi bisa dilaksanakan paralel dengan pekerjaan bendung sesuai kapasitas penyediaan beton per harinya
19.       Pada pembuatan pier dan kolom beton digunakan climbing formwork dengan dua tipe, yaitu untuk lengkung dipakai bekisting baja dan untuk yang lurus menggunakan bekisting kayu dan plywood
Pada tahap pelaksanaan pengecoran beton pekerjaan pier terdapat dua jenis beton yang harus dilaksanakan bersama agar menghindari sambungan dingin (cold joint) yaitu antara beton biasa dan beton campuran berton campuran steel fibre
20.       Agar kedua jenis beton tidak tercampur, digunakan kawat ayam yang ditahan dengan besi beton atau wire mesh
21.       Pengecorannya dilakukan secara bergantian dalam waktu yang relatif bersamaan antara steel fibre concrete dan beton biasa
22.       Seterusnya dilakukan pengecoran bagian-bagian di daerah elevasi di atasnya sesuai dengan ketinggian climbing formwork
23.       Pada dinding bangunan hoist room yang mulanya adalah beton biasa, kini dilakukan inovasi menjadi kolom dan balok rangka baja dengan dinding precast prestressed panel (hollow core wall) untuk dinding maupun plat atap.





sumber : https://rindangmekarsasi.wordpress.com



No comments: